Nilai Tukar Rupiah Selasa Sore Melorot, Pasar Khawatirkan Omicron Meluas

Sariagri - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada akhir transaksi Selasa (30/11) sore ditutup melemah 13 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.332 per dolar Amerika Serikat (AS). Sesungguhnya, sepanjang transaksi hari ini, nilai tukar rupiah berada di jalur positif. Namun, menjelang penutupan melemah karena terkena sentimen merebaknya varian baru Covid-19, omicron. Selain rupiah, hingga pukul 15.00 WIB, dolar Hong Kong juga turun 0,01 persen, rupee India melemah 0,05 persen, dan baht Thailand terkoreksi 0,06 persen. Sedangkan yen Jepang naik 0,35 persen, dolar Singapura menguat 0,04 persen, dolar Taiwan naik 0,33 persen, krown Korea perkasa 0,43 persen, peso Filipina naik 0,07 persen, yuan China melesat 0,26 persen dan ringgit Malaysia perkasa 0,47 persen. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah disebabkan indeks dolar menguat setelah pelaku pasar berhati-hati terkait dengan dampak varian omicron Covid-19 pada pemulihan ekonomi global. “Omicron telah mendorong beberapa negara untuk menutup perbatasan mereka dan membayangi pemulihan ekonomi,” ujar Ibrahim. Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Kembali Ditutup Melemah Jadi Rp14.278 per Dolar AS Nilai Tukar Rupiah Kian Perkasa, Investor Antisipasi Reli Dolar Melambat Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko sangat tinggi dari lonjakan infeksi dari omicron, dengan beberapa negara sudah memperketat kontrol perbatasan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS tidak akan memberlakukan kembali penguncian, yang memberi sentimen investor sedikit dorongan. Sementara itu, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Senin bahwa ia masih memperkirakan inflasi akan surut selama tahun 2022 karena penawaran dan permintaan menjadi lebih seimbang. Namun, dia menambahkan bahwa kenaikan baru-baru ini dalam kasus Covid-19 dan munculnya varian omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pekerjaan dan aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidakpastian inflasi. Di seberang Atlantik, Bank Sentral Eropa berusaha meredakan kekhawatiran investor atas omicron, dengan mengatakan bahwa ekonomi zona euro telah belajar saat mengatasi gelombang berturut-turut Covid-19. Di Asia Pasifik, data yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China berada di 50,1, sedangkan PMI non-manufaktur berada di 52,3, pada November. Di Jepang, data ketenagakerjaan Oktober menunjukkan bahwa rasio pekerjaan/aplikasi berada di 1,15 dan tingkat pengangguran turun menjadi 2,7 persen. Produksi industri juga tumbuh 1,1 persen bulan ke bulan. Video Terkait:
http://dlvr.it/SDhgt5

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama